Pengalaman Merantau keluar Jakarta
Dari lahir sampai kuliah saya adalah anak kota jakarta yang mayoritas
waktu dihabiskan bersama keluarga dan kawan yang notabene anak kota. Yah memang
saya sebelumnya tidak pernah kost atau merantau ke daerah untuk waktu yang
lama, apalagi tinggal di ibukota di tengah hiruk pikuk modernitas yang melanda
hingga tak pernah terbesik di pikiran untuk berpindah merantau bekerja ke tanah
orang.
Hingga pada saat saya lulus kuliah di hati menggebu2 “okey,, saya sudah
punya banyak ilmu dan saya harus tunjukan kesemua orang kalau saya bisa”. Udah
merasa jadi orang terkeren terhebat. Tapi ternyata semua itu luluh setelah saya
keluar dari tempat dimana saya berada selama ini di Jakarta yang atas program management trainee sebuah
PT.terbuka Alhamdulillah selain saya mendapat bnyak bekal teori dan soft skill
di in class training, saya juga berkesempatan untuk dapat melalang buana
mengelilingi suatu wilayah ke wilayah lainnya, satu pulau ke pulau lainnya.
Sehingga
dalam waktu 8bulan ini dapatr\ melalang buana ke berbagai daerah yang dulu
rasanya tak pernah ada dalam pikiran kini dapat dijejaki, berpijak dan
berpetualang disana. Hingga banyak pengalaman dan hikmah hidup bahwa masih
banyaaakkk ilmu yang belum saya tau dan ternyata apa yang saya dapatkan selama
ini tidak ada apa-apanya.
Sejak saat itu, luluhlah kesombongan dalam diri saya
dan saya merasa bagai semut kecil yang banyak kurang ilmu pengalaman real
kehidupan dan mulai mencoba membuka diri untuk menerima segala hal yang selama
ini belum saya ketahui.
Banyak kesan, pengalaman, rantangan dan dinamika
kehidupan yang dapat saya rasakan. Dianntaranya sahabat baru, saudara baru, di
lingkunag tempat yang baru dalam beragam tipe kepribadian, budaya, logat,
kebiasaan yang mampu secara perlahan merubah diri saya menjadi pribadi yang
baru.
Yah, seorang anak mama yang dulunya egois keras kepala
kini dituntut untuk dapat bersosialita, menjadi manusia bersahaja untuk dapat
melebur bersama mereka dalam bekarya di tanah rantau.
Memang jauh dari orang tua, keluarga, sahabat lama dalam
lingukungan yang telah lama kita anggap nyaman tentu terasa bagai kilatan petir
yang dapat cepat merubah dunia kita, gue yang dulu manja dan lemah dalam
mengeluh rasa harus menjadi manusia yang dewasa dalam berfikir bertindak
sehingga mampu menggapai cakrawala, demi masa depan yang ceerah terbuka
menggapai asa yang indah tinggi di linear batas nirwana.
Semoga apa yang telah pilih dapat saya lalui hinggs member
arti demi hari esok nanti, pasti karena ini adalah proses bukan akhir dari
perjalan jiwa muda saya.. dan bagi saya ini adalah awal proses bukan akhiran
karna nanti tekad ini pasti akan kembali
ke jakarta untuk bersama meningkatkan derajat keluarga.. karena Jiwa Muda Gue
Takkan Berhenti Disini, Jakarta Aku Kan Kembali..
"MERANTAULAH"
(Syair Imam Asy-Syafi'i)
Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah 'kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia 'kan keruh menggenang
Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang
Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan
Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah 'kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia 'kan keruh menggenang
Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang
Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan