BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Era perdagangan bebas di Indonesia yang
ditandai dengan
berlakunya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Agreement / AFTA) pada tahun 2003 dan disusul dilaksanakannya
Penjanjian Perdagangan Bebas ASEAN – Cina (ASEAN-China
Free Trade Agreement / ACFTA ) mulai 1 Januari 2010, mengakibatkan perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara dihadapkan pada kondisi persaingan global, tak terkecuali untuk
perusahaan manufaktur di Indonesia..
Akibat Persaingan yang semakin tajam di dunia bisnis, perusahaan yang dahulu bersaing hanya pada
tingkat lokal, nasional maupun regional kini harus bersaing dengan
perusahaan dari seluruh penjuru dunia . Hal ini karena peningkatan arus
penawaran produk barang dan jasa dengan harga yang lebih bersaing dari produk
luar.
Perkembangan perdagangan dunia menuntut
perusahaan-perusahaan yang sudah ada untuk tetap dapat bertahan agar dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan bermunculan dan tetap terus
memperoleh keuntungan.
Persaingan global ini memberikan beragam pilihan kepada konsumen, sehingga
tuntutan konsumen akan peningkatan kualitas produk semakin bertambah.
Untuk dapat bertahan dan berhasil dalam
lingkungan seperti itu suatu perusahaan harus dapat bekerja
secara efisien dan efektif , sehingga perusahaan harus memikirkan ulang strategi manajemen guna
menciptakan nilai lebih/ value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta
pelayanan berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh nilai /value lebih.
Maka pada era persaingan global dan liberalisasi perdagangan dewasa ini,
kualitas produk barang dan jasa telah menjadi salah satu faktor penting
terpenting untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan., seperti yang
diungkapkan Vidhu Shekhar Jha dan
Himanshu Joshi (2003)“A good quality
product or service enables an organization to add and retain customers. Poor
quality leads to discontented customers, so the costs of poor quality are
not just those of immediate waste or
rectification but also the loss of future sales”
Oleh karena itu, perbaikan berkelanjutan harus dilakukan oleh perusahaan
agar dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan memenangkan
persaingan melalui dua faktor penting yaitu kualitas produk yang tinggi dan
harga bersaing.
Dalam situasi persaingan yang semakin tajam, pendekatan Total Quality Management semakin banyak
digunakan sebagai teknik yang
diimplementasikan sebagai formula dalam berkompetisi.
Total Quality Management adalah pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara
untuk memperbaiki mutu disemua proses dan aktivitas. (Carter Usry,2006:199)
Praktik pemanufakturan Total Quality Management merupakan
praktik yang menekankan peningkatan kualitas, mengeliminasi pemborosan,
mengembangkan keterampilan, agar tercapai penyempurnaan mutu barang, dan jasa
secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kepuasan konsumen. Praktik TQM
tersebut lebih berfokus kepada keterlibatan karyawan yang merupakan sumber yang
sangat bernilai bagi organisasi. (Aida dan Listianingsih :2005). Oleh karena
itu, TQM memiliki prinsip untuk menghargai setiap anggota perusahaan yang
terlibat dalam memberikan pendapat demi
perbaikan perusahaan secara berkelanjutan.
Peran dan dukungan
komitmen dari seluruh anggota organisasi dan fungsi manajemen dalam perencanaan
merupakan aspek yang dibutuhkan untuk pencapaian
tujuan perusahaan. Oleh sebab itu, selain penerapan TQM agar tujuan perusahaan
dapat dicapai maka diperlukan suatu
pedoman dan komponen perencanaan yang
disebut dengan anggaran.
Menurut Horngren et,all (2008:214),” anggaran adalah pernyataan kuantitatif suatu
rencana kegiatan yang dibuat manajemen untuk duatu periode tertentu dan alat
yang membantu mengkoordinasikan hal-hal yang perlu dilakukan guna
mengimplementasikan rencana”. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai
tujuan dan hendaknya anggaran yang disusun dapat mengakomodasi kepentingan
setiap bagian perusahaan yang terkait dalam pelaksanaanya.
Proses penyusunan anggaran merupakan
proses penetapan peran, dimana pihak-pihak yang berkaitan diberi peran untuk
melaksanakan kegiatan pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
Oleh sebab itu diperlukan partisipasi penyusunan anggaran oleh beragam
pihak dalam perusahaan sebagai pendekatan manajemen yang dinilai dapat
meningkatkan kinerja manajerial perusahaan.
Menurut Brownell (dalam Bambang dan Osmad:2008:38) partisipasi anggaran ialah sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan
para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan
kinerja karena dengan adanya komunikasi antara bawahan dan atasan dapat
memungkinkan bawahan untuk memilih. Tindakan memilih tersebut dapat membangun
komitmen sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih dan pada akhirnya
akan meningkatkan kinerja ( Kadek dan I Ketut : 2009 ). Oleh karena itu partisipasi
penganggaran memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan dan kinerja manajerial.
Penelitian tentang partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial
sebelumnya telah dilakukan oleh
Jaqueline tangkau (2009), Dr.Melek Eker (2007), Bambang Osmad (2008), melakukan
pengujian partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan komitmen
organisasi dimana variable tersebut berpengaruh positif
secara
signifikan, namun pada penelitian Kadek dan I ketut Suryanawa ( 2010)
hasilnya tidak signifikan dimana komitmen organisasi tidak mampu perkuat
hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Berbeda pada penelitian Milani (1975), EviYuniarti (2008) yang ternyata
ditemukan hasil yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja
manajerial.
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja sudah
dilakukan I Made Rani (2003), Dwi Suhartini (2007), Hiras Pasaribu (2009) dan
berpengaruh positif dan signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
melalui penerapan TQM yang meningkat dapat meningkatkan kinerja manajerial
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menelitihal tersebut
dalam penelitian berjudul : “ Pengaruh Implementasi Total Quality
Management (TQM) dan Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur
XYZ di Jakarta)”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masaalah yang ingin diteliti
penulis dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah Total Quality Management berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
2. Apakah partisipasi
penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial
3. Apakah interaksi Total Quality Management dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
4. Apakah partisipasi
penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja
manajerial ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan
masalah penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut
1. Untuk menganalisis pengaruh Total Quality Management terhadap
kinerja manajerial.
2. Untuk menganalisis pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.
3. Untuk menganalisis pengaruh Total Quality Management dan komitmen
organisasi terhadap kinerja manajerial.
4. Untuk menganalisis pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja
manajerial.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan yaitu :.
a. Kontribusi Teoritis
1) Bagi peneliti,
Yaitu guna memperluas
pengetahuan dan pengalaman di bidang akuntansi manajemen untuk
mengimplementasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah melalui praktik dalam
penelitian ini serta sebagai syarat penyelesaian tugas akhir kuliah untuk
dapatkan gelar sarjana ekonomi akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .
2) Bagi mahasiswa program studi akuntansi,
Yaitu guna menambah wawasan
dan pengetahuan tentang ilmu akuntansi manajemen, sehingga dapat mengetahui
seberapa besar pengaruh Total
Quality Management
dan partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating
3) Masyarakat
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang akuntansi manajemen,
terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh Total Quality Management dan patisipasi penganggaran
terhadap kinerja manajerial dengan
komitmen organisasi sebagai variabel moderating.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi Perusahaan ,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak perusahaan dalam menerapkan partisipasi
penyusunan anggaran dan Total Quality Management dalam peningkatan
kinerja manajerial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Total Quality Management
( TQM)
a.
Sejarah dan
Pengertian TQM
Total Quality Management
dalam istilah Bahasa Indonesia disebut manajemen mutu terpadu dan juga disebut
manajemen kualitas terpadu. Hamper lema decade yang lalu istilah TQM
telah tumbuh dan berkembang. Semula ide TQM muncul pertama kali di Amerika
Serikat, tetapi kemudian diorganisasikan dan dilaksanakan dibeberapa perusahaan
Jepang. Dua orang pakar TQM, baik di Jepang maupun di Ameriak Serikat adalah W. Edward dan Josept. M.
Juran.
Peran deming terutama mengajarkan betapa pentingnya pihak manajemen suatu
perusahaan harus bertanggung jawab penuh dalam penerapan sistem kualitas produk secara total dalam
menghasilkan produkyang baik dan tidak cacat. Maka, deminglah yang pertama
mengintroduksi TQM dengan mencegah terjadinya produk cacat (defect product)
TQM merupakan
satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena
dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. . Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22) “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua
bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan
kepuasan pelanggan”.
TQM
merupakan teknik dimana manajemen mengembangkan kebijakan-kebijakan dan
praktik-praktik untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan memenuhi harapan
pelanggan (Blocher et al, 2000 dalam Dwi Suhartini,2007).
TQM merupakan suatu pendekatan dalam meenjalankan usaha yang mencoba
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan ( Tjiptono dan Diana, 2001 )
TQM memiliki tujuan perbaikan kualitas terus menerus, disesuaikan dengan
perubahan yang menyangkut kebutuhan, keinginan dan selera konsumen. yang juga akan meningkatkan laba dan daya
saing perusahaan. Dengan demikian TQM diawali dengan memahami apa yang
diinginkan konsumen terhadap produk tertentu, dan kepuasan konsumen adalh inti
kegiatan TQM. (Singgih Santono, 2007:2)
Yang membedakan TQM dengan pendekatan-pendekatan lain dalam
menjalankan adalah komponen bagaimana
tersebut. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama yaitu fokus pada
pelanggan, obsevasi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja
sama tim, perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan,
kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan. (Goetsh& Davis 1994 dalam Tiptono dan Diana 2001:15-16 ).
b. Manfaat TQM
Menurut (Nasution,2005:42) manfaat TQM
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan
meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan
Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan TQM adalah:
1) TQM
mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan totalitas. Kualitas bila dipandang dari sudut pandang konsumen
diartikan sebagai kesesuaian.
2) Adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus
dengan menerapkanTQM perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan berubah
memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya,
3) Adanya upaya pencegahan artinya sejak dari
perancangan produk, proses produksi
hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk yang baik tanpa ada produk yang
cacat (zero defect) sehingga perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghindari pemborosan
dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan pada akhirnya dapat
meningkatkan profit bagi perusahaan.
c. Karakteristik dan Prinsip Total Quality
Management
TQM merupakan suatu
konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas tingkat dunia.
Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu
organisasi (I Made dan Rani:2003). Menurut Hansler
dan Brunell (dalamTjiptono dan Diana,2001:14) ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
1) Kepuasan Pelanggan
2) Respek terhadap setiap orang
3) Manajemen berdasaarkan fakta
4) Perbaikan berkesinambungan
Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam mengelola
perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan.
Ada
sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam
Nasution (2005:22-24) .
1)
Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal
menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2) Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas
yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif.
Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good
enough is never good enough’.
3) Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan
dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan
dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
4) Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru
dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang
baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna
mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5) Kerjasama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara
tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam
organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam
organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin
dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok,
lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6) Perbaikan Sistem Secara
Berkesinambungan
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan
dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/
lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
7) Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan
yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.
Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang
dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan
global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan
pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam
perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8) Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut
dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul
karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian
yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9) Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan
baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian,
setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan
tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara
pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
10) Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan
dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya
keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif,
karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan
tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya
2.
Partisipasi Penganggaran
a. Pengertian Anggaran
Anggaran ( Budget ) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang untuk jangka waktu tertentu ( M.Nafarin , 2004 :12).
Menurut Justine T.Sirait (2008), Anggaran ( kata benda) adalah hasil yang
diperoleh setelah menyelesaian fungsi perencanaan, sedangkan budgeting adalah suatu proses, yakni
mulai dari tahap persiapan penyusunan rencana, pengumpulan data dan informasi
yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, Implementasi
rencana sampai pada tahap pengendalian, dan evaluasi hasil pelaksanaan rencana.
Terdapat beberapa jenis anggaran yang diungkapkan Anthony dan
Govindarajan (2005:80-81) meliputi:
1) Anggaran Operasi
2) Anggaran Modal
3) Anggaran Neraca
4) Anggaran Laporan Arus Kas
Secara garis besar, penyusunan anggaran dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1) Top down approach (bersifat dari atas ke bawah)
Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran bagi
tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang
telah disusun.
2) Bottom up approach (bersifat dari bawah ke atas)
Anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya diserahkan atasan
untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih
rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran.
3) Kombinasi top
down dan bottom up
Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paking efektif. Pendekatan
ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara bersama sama
menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan.
b. Manfaat-Manfaat
Anggaran
Anggaran merupakan bagian penting dari sistem
pengendalian manajemen. Menurut Horgren et.all (2008:215) jika dikelola secara
baik, sebuah anggaran akan :
1) Mendorong perencanaan
strategis dan pengimplementasian rencana tersebut.
2) Menjadi kerangka kerja untuk
menilai kinerja.
3) Memotivasi para manajer dan
karyawan
4)
Meningkatkan koordinasi dan
komunikasi di antara berbagai subunit dalam perusahaan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:75) fungsi anggaran antara lain
menyelaraskan rencana strategis, membantu pengoordinasian aktivitas dari
beberapa organisasi, pendelegasian tanggung jawab kepada manajer, dan memperoleh
komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi.
c. Kelemahan Anggaran
Meskipun penyusunan anggaran banyak bermanfaat tetapi masih terdapat kelemahan-kelemahan yang membatasi
anggaran. Menurut Hansen dan Mowen (2007:336), kelemahan-kelemahan
anggaran antara lain:
1) Anggaran disusun berdasarkan taksiran-taksiran (forecasting). Betapapun cermatnya
taksiran tersebut dibuat namun amatlah sulit untuk medapatkan taksiran yang
benar-benar akurat dan kemudian sama sekali tidak berbeda dengan kenyataannya
nanti.
2) Taksiran-taksiran dalam anggaran disusun dengan
mempertimbangkan berbagai data, informasi, dan faktor-faktor baik yang contrallable maupun yang uncontrollable. Dengan demikian, jika
nantinya terjadi perubahan-perubahan terhadap data, informasi serta faktor-faktor
tersebut akan merubah pula ketetapan taksiran-taksiran yang telah disusun
tersebut.
3) Berhasil atau tidaknya pelaksanaan (realisasi) anggaran
sangat tergantung pada manusia-manusia pelaksananya. Anggaran yang baik tidak
akan bisa direalisasikan bilamana para pelaksananya tidak mempunyai
keterampilan serta kecakapan yang memadai.
d. Partisipasi Anggaran
Partisipasi
anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu
(manajer) dalam proses penyusunan anggaran yang ada di dalam divisi atau suatu instansi untuk melakukan kegiatan dalam pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran ( Bambang dan Osmad, 2008:45)
Partisipasi penganggaran adalah
keikutsertaan para manajer tingkat bawah untuk ikut serta dalam proses pembuatan
anggaran. Biasanya, tujuan umum dikomunikasikan ke manajer, yang membantu
mengembangkan anggaran yang akan memenuhi tujuan-tujuan tersebut (Hansen
Mowen 2007:335)
Penyusunan anggaran
partisipatif adalah sangat menguntungkan untuk pusat tanggung jawab yang
beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan tidak pasti karena manajer yang
bertanggung jawab atas pusat tanggung jawab semacam itu kemungkinan besar
memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang mempengaruhi pendapatan dan
beban mereka (Anthony
dan Govindarajan (2005: 87)
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 87), partisipasi dalam penyusunan
anggaran memiliki dampak positif karena dua alasan:
1) Kemungkinan ada penerimaan yang
lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali
pribadi manajerdibandingkan bila secara eksternal.
2) Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah
pertukaran informasi yang efektif.
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan
berbagai pihak baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah
(desentralisasi ) yang akan mainkan peranan dalam mempersiapkan dan mengevaluasi berbagai alternatif dari tujuan anggaran,
dimana anggaran senantiasa digunakan sebagai tolak ukur kinerja manajer
3. Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan dlaam pengukuran
efektifitas dan efisiiensi organisasi. Menurut Berbardin dan Russel dan Russel
dalam( Achmad S Ruki, 2001;15) “ Performance
is defined as the record of outcomes produces produced on a specified time
period” (Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
tertentu).
Sedangkan menurut Mahoney dalam (Aida dan
listiningsih:2005) kinerja adalah hasil kerja yang daapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kinerja manajerial adalah
kinerja para individu dalam kegiatan manajerial sehingga kinerja manajerial
adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas organisasional.
Kinerja personel meliputi delapan demensi yaitu:
1) perencanaan, dalam arti
kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran,
merancang prosedur, dan pemrograman.
2) investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan
informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil,
menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan
3) pengkoordinasian, yaitu
kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain di bagian
organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian
lain, dan hubungan dengan manajer lain.
4) evaluasi, yaitu kemampuan
untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan,
penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan,
pemeriksaan produk.
5) pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin
dan mengembangkan
bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan,
memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6) pengaturan staff (staffing), yaitu kemampuan untuk
mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan
memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.
7) negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan
pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi
pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar secara kelompok.
8) perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri
pertemuanpertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato
untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan
kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan
Tujuan utama penilaian kinerja dalah untuk memotivasi personil dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam memahami standard.
4. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan
dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan
organisasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan
kepentingan organisasi diabndingkan dengan kepentingannya sendiri (Wiener dalam
Evi Yuniarti dan Fadilla:2008).
Bagi individu dengan komitmen organisasi yang tinggi,
pencapaian tujuan organisasi merupakan hal yang diprioritaskan. Individu dengan
komitmen organisasi yang kuat dalam dirinya akan berusaha keras untuk mencapai
tujuan organisasi serta berbuat yang terbaik demi kepentingan organisai.
Sebaliknya, individu dengan komitmen organisasi yang rendah akan mempunyai
perhatian yang rendah dalam pencapaian tujuan organisasi dan cenderung
berusahan memenuhi kepentingan pribadinya. (Kadek dan I ketut:2010)
B.
Keterkaitan Antar Variabel dan
Hipotesis Penelitian
1. Hubungan Total Quality
Management dan Kinerja Manajerial
Perusahaan yang menetapkan TQM akan
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan,
sehingga tidak ada pengulangan pekerjaan
atau pengurangan upah dan pengurangan pemborosan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja manajerial. Tujuan
perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah tercapainya
kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya keluhan dari pelanggan
sehingga dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Perusahaan yang berfokus pada perbaikan terus-menerus, melibatkan dan memotivasi karyawan untuk mencapai kualitas output dan fokus pada kepuasan kebutuhan pelanggan lebih mungkin untuk mengungguli perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki fokus ini. Dengan
demikian, kita
dapat berharap bahwa sejauh organisasi menerapkan praktek TQM, kinerja harus meningakat (Therese
Joiner, 2007:618).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
Ha1 : TQM mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial
2. Hubungan Partisipasi Pengangaran dan
Kinerja Manajerial
Anggaran pertisipartif dapat dinilai
sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota
organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan
anggaran diharapkan setiap individu mampu meningkatkan kinerjanya sesuai denga
target yang telah ditetapkan sebelumnya. (Bambang Osmad, 2008:39)
Menurut Brownell (1982) dalam Bambang Osmad (2008,39) pengaruh anggaran
partisipatif pada kinerja manajerial merupakan tema pokok yang menarik dalam
penelitian akuntansi manajemen. Hal ini disebabkan karena partisipasi umumnya
dinilai sebagai suatu pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja
anggota organisasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut ,
rumusan hipotesis penelitian adalah:
Ha2 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara positif
dan signifikan pada kinerja manajerial.
3.
Hubungan Komitmen
Organisasi dan TQM terhadap Kinerja Manajerial
Komitmen
yang tinggi akan nyata dalam kesuksesan penerapan TQM apabila kompetensi yang
sesuai dapat merealisasikannya. Berhasil atau tidaknya penerapan TQM sangat
ditentukan dorongan komitmen pimpinan puncak untuk bersinerji dengan persepsi
manajer divisi. (Hiras Pasaribu:2009:68).
H3 : Komitmen Organisasi
mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara TQM terhadap kinerjamanajerial yang
positif bila komitmen organisasi kuat dan negative bila komitmen organisasi
lemah
4. Hubungan Komitmen Organisasi dan
Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Salah satu fungsi dari partisipasi anggaran adalah sebagai sarana
komunikasi antara bawahan dan atasan , tidak hanya seputar seputar masalah
anggaran, tetapi juga isu masalah lain yang berkaitan. Partisipasi anggaran memungkinkan
bawahan untuk bertukar dan mencari informasi dari atasan mereka, yang tentunya
juga akan mendukung terciptanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses
penentuan anggaran dan urusan keorganisasian lain. (Jaqueline,2009:296).
Kecukupan anggaran tidak secara
langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung
(moderasi) melalui komitmen organisasi. (Bambang Osmad:2008:40)
Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawah berusaha
keras mencapai tujuan organisasi (Angel dan Perry dalam Bambang Osmad:2008:40) dan menjadikan individu lebih mementingkan
organisasi dibanding kepentingan pribadi dan berupaya untuk menjalankan
organisasi menjadi lebih baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut ,
rumusan hipotesis penelitian adalah:
Ha4 : Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh terhadap hubungan
antara Partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial yang positif
bila komitmen organisasi kuat dan negatif bila komitmen organisasi lemah
C. Penelitian- Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini disebutkan beberapa hasil penelitian penelitian
sebelumnya sebagai acuan dalam studi ini. Beberapa penelitian terdahulu yang
menghubungkan TQM dengan kinerja manajerial serta partisipasi anggaran
dengan kinerja manajerial yang menjadi referensi penelitiian ini dapat dirangkum
pada tabel dibawah ini dengan keterangan simbol :
D. Kerangka Pemikiran
Untuk memperoleh keunggulan daya saing dunia dalam bisnis, harus mampu
menyajikan setiap proses yang lebih baik dalam rangka menghasilkan produk
berkualitas dengan harga wajar dan mampu bersaing. Strategi penting guna meningkatkan
daya saing adalah melalui kualitas, dalam hal ini Total Quality Management. Total
Quality management bertujuan untuk menghasilkan produk berkualitas guna
tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya komplain
pelanggan. Hal ini berarti menunjukan kinerja yang semakin meningkat.
Partisipasi anggaran berarti sebagai keikutsertaan manager dan staff
dalam penyusunan anggaran. Semakin tinggi tingkat partisipasi secara umum dapat
tingkatkan kinerja yang akhirnya dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan
baik segi keuntungan ekonomi dan efektifitas organisasi
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variable independen
dalam hal ini adalah TQM (X1), Partisipasi Anggaran (X2) , terhadap variable
dependent yaitu Kinerja Manajerial (Y) dengan variable moderating berupa
Komitmen Organisasi (X3).
SKEMA
KERANGKA PEMIKIRAN :
Pengaruh Implementasi Total
Quality Management dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja
Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur XYZ diJakarta)
|
Metode Analisis :
Model Regresi Linear Sederhana dan Regresi Linear Berganda
(MRA)
|
Variabel Independen
Variabel Dependen
|
TQM (X1)
Therese A Joire (2007)
Dwi Suhartini (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
I Made Narsa dan Rani DY
(2003)
|
KINERJA MANAJERIAL (Y)
Therese A Joire (2007)
Dwi Suhartini (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
I Made Narsa dan Rani DY
(2003)
Jaqueline Tangkau (2009)
Dr. Elek Meker (2007)
Bambang Sarjito&Osmad
(2008)
Yuniarti dan FadilahEvi (2008)
|
KOMITMEN ORGANISASI (X3)
Dr. Elek Meker (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
Jaqueline Tangkau (2009)
Bambang Sarjito&Osmad
Muthaher (2008)
|
PARTISIPASI
ANGGARAN (x2)
Jaqueline Tangkau (2009)
Dr. Elek Meker (2007)
Bambang Sarjito&Osmad
(2008)
Yuniarti dan FadilahEvi (2008)
|
V.MODERATING
|
Fenomena-Fenomena dasar implementasi TQM dan Partisipasi Anggaran ( Era
pasar bebas, AFTA – ACFTA)
|
BAB III
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam
melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu
metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,
suatu system pemikiran ataupun suatu peristiwa. Data diperoleh dari hasil survey dan menggunakan
daftar pertanyaan (questioner)
sebagai alat pengumpul data pokok, diproses kemudian dianalisis serta
diinterpretasikan dengan menggunakan teori yang ada. Penelitian ini dirancang sebagai salah satu
penelitian empiris yang menguji hipotesis dengan menggunakan metode
korelasional. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, penulis melakukan pendekatan studi kasus. Dengan
pendekatan ini, data yang dikumpulkan dapat disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya dan dibandingkan dengan teori yang menunjang. Dengan demikian,
dapat memberikan gambaran yang jelas serta dapat menarik kesimpulan dari objek
yang akan diteliti. Adapun
objek penelitian adalah implementasi TQM, Partisipasi penganggaran, komitmen
organisasi dan kinerja manajerial.
B.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
manajer, kepala bagian/divisi, supervisor dan staff yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran dan
implementasi TQM pada PT.XYZ, perusahaan manufaktur di Jakarta.
Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Pemilihan sampel
dalam penelitian ini didasarkan pada purposive
sampling. Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat
mendukung penelitian ini.
Sedangkan kriteria
pemilihan sampel tersebut adalah:
1.
Merupakan karyawan tetap perusahaan XYZ
2.
Terlibat baik langsung maupun tak langsung
terhadap implementasi TQM dan dalam proses penyusunan anggaran
3.
memiliki masa kerja minimal satu tahun dalam
periode penyusunan anggaran
C.
Metode Pengumpulan Data
Jenis
penelitian ini adalah survei
dengan pendekatan kuantitatif. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan mengirimkan kuesioner kepada
responden dengan Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian Lapangan (Field Research)
Dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan:
Dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan:
a.
Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak yang berwenang untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai perusahaan dan masalah yang berhubungan
dengan implementasi TQM dan partisipasi penganggaran serta kinerja perusahaan.
b.
Kuesioner, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan
yang diharapkan dijawab untuk mempermudah pengumpulan data dan efisiensi waktu.
2.
Penelitian Kepustakaan ( Library Research
)
Dilakukan untuk memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari literatur,
karya ilmiah, dan sumber-sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk mendapatkan landasan teori
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik deskriftif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji
hipotesis.
- Statistik Deskriftif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2009:19).
- Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas.
a.
Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing
butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2009:49). Kriteria valid atau
tidak adalah jika korelasi antar skor masing masing butir pertanyaan dengan
total skor mempunyai tingkat signifikan dibawah 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan diatas 0,05 maka
butir pertanyaan tersebut tidak valid
(Ghozali, 2009:49).
b.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009:45). Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu.
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60. sedangkan, jika
sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliable
(Ghozali, 2009:45-46).
- Uji Asumsi Klasik
Untuk
melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji
multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.
a.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2009:95). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2009:95).
b.
Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009:125). Uji
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)
dengan residual (SRESID). Jika grafik
plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau
melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot
tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009:125-126).
b.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi
normal atau mendekati normal
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh Total Quality Management dan partisipasi
penganggaran terhadap kinerja
manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Metode statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis pertama (Ha1) dan hipotesis kedua (Ha2) adalah regresi
linier sederhana (simple linear
regression). Sementara pengujian hipotesis ketiga (Ha3) dan keempat (Ha4) akan dilakukan dengan Moderated Regression Analyisis (MRA)
yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dengan bantuan perangkat
lunak SPSS 17.
Rumus model analisis data hipotesis pertama (Ha1) dan hipotesis kedua (Ha2) adalah menggunakan regresi linier
sederhana (simple linear regression):
Y
= α + β1.XTQM + e ........................................................................... (1)
Y
= α + β2.XPP + e .............................................................................. (2)
Rumus model analisis data hipotesis ketiga dan keempat (Ha3-Ha4) adalah Moderated Regression Analysis (MRA):
Y = α + β1.XTQM + β3.XKO + β4XPP.XKO
+ e........................................
(3)
Y = α + β2.XPP + β3.XKO + β5XPP.XKO + e...........................................
(4)
Keterangan:
Y adalah Kinerja Manajemerial
α adalah kostanta
β1- β5 adalah koefesien
regresi
XTQM adalah Total Quality
Management
XPP adalah partisipasi
penganggaran
XKO adalah komitmen organisasi
XPP.XKO adalah
interaksi partisipasi penganggaran dan komitmen organisasi
XTQM.XKO adalah interaksi Total Quality Management dan Komitmen Organisasi
e
adalah error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a.
Uji
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2009:87). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai
R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).
b.
Uji Statistik t
Uji statistik
t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
0,05 (Ghozali, 2009:88).
c.
Uji
Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2009:88).
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2009:88).
E. Definisi dan Operasional Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa
variasi pada suatu nilai (Uma Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, digunakan tiga macam variabel
penelitian.
1.
Variabel Independent
Varibel independent
adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif
maupun negatif (Sekaran, 2006), variabel independen ini merupakan faktor
penyebab yang akan mempengaruhi variabel lain sedangkan menurut Sugiono (2007)
variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen.Variabel Independen dalam bahasa
Indonesia sering disebut variabel bebas.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah TQM dan partisipasi dalam penyusunan anggaran, yang mengukur seberapa
jauh karyawan terlibat dalam penyusunan anggaran).
Total quality
management (TQM) diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua
bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan
kepuasan pelanggan menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22).
Variabel
TQM diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Goetsh dan Davis (1994)
seperti yang digunakan dalam penelitian Dwi Suhartini (2007) dengan 10 item
pertanyaaan berupa skala interval dengan menggunakan skala likert dengan skala
rendah (nilai 1) menunjukan bahwa tingkat penerapan RQM rendah, sebaliknya
skala tinggi (nilai5) menunjukan tingkat penerapan TQM tinggi. Instrumen ini
digunakan untuk mengukur penerapan TQM dalam perusahaan yang terdiri dari
10 indikator yaitu: fokus pelanggan,
obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama
tim, perbaikan secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasasan
terkendali dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Variabel partisipasi anggaran yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran
(Brownell (1982) dalam Evi Yuniarti
dan Fadila: 2008).Variabel partisipasi anggaran
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975) sepeti yang digunakan pada penelitian
sebelumnya (Dr. Meler Elek (2007), (Bambang Osmad (2008), Evi Yuniarti dan Fadilah (2008), dimana responden diminta untuk menjawab enam pertanyaan berupa skala interval dengan memilih skala antara 1
sampai dengan 5. Skala rendah (angka 1) mewakili tingkat partisipasi yang
rendah, sedangkan skala tinggi (angka5) mewakili tingkat partisipasi yang
tinggi.
Instrumen pertanyaan pada variabel partisipasi anggaran
antara lain mengenai:
a)
seberapa besar keterlibatan para manajer
dalam proses penyusunan anggaran,
b)
tingkat kelogisan alasan atasan untuk merevisi usulan anggaran yang dibuat manajer,
c)
besarnya pangaruh manajer dalam anggaran
d)
seberapa besar manajer merasa mempunyai
kontribusi penting terhadap anggaran,
e)
intensitas manajer mengajak diskusi tentang anggaran,
f)
serta frekuensi atasan meminta pendapat manajer dalam penyusunan anggaran.
2.
Variabel Dependen
Variabel
dependen atau variabel terikat menurut Sugiyono (2007) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau
variabel bebas. menurut Uma Sekaran (2007) Variabel terikat (dependent
variable) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kinerja manajerial.
Kinerja
manajerial sebagai variabel dependen mengukur kinerja yang meliputi
delapan indikator berdasarkan penelitianyang dikembangkan Mahoney et al.1963 sepeti yang digunakan pada penelitian sebelumnya Dr.
Meler Elek (2007), EviYuniarti (2008), Bambang Osmad (2008), Dwi Suhartini (2007), Kadek dan I Ketut Suryanawa (2010) yang meliputi
antara lain, perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,
pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan. Setiap responden diminta untuk
mengukur kinerjanya sendiri dengan
jawaban pertanyaan disusun menggunakan berupa skala interval /likert dengan rentang 1 sampai 5. Skala
rendah (angka 1) mewakili tingkat kinerja yang rendah, sedangkan skala tinggi
(angka5) mewakili tingkat kinerja yang tinggi.
3.
Variabel
Moderating
Variabel
moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2007). Variabel
moderating dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi.
Komitmen
organisasi didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk
melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi (Wiener
dalam Evi Yuniarti dan Fadilla:2008) Komitmen organisaai diukur dengan
menggunakan instrument daftar pertanyaan yang disusun oleh Mowday et.al (1979)
yang juga digunakan pada penelitian terdahulu yaitu Dr. Melek Eker(2007) , Evi Yuniarti Fadilla (2008), Bambang Osmad (2008), Jaqueline Tangkau (2009), Kadek dan I Ketut Suryanawa (2010). Daftar pertanyaan terdiri atas
Sembilan butir pertanyaan dengan skala interval/likert dengan rentang nilai satu (terendah) dan lima
(tertinggi). Alternatif jawaban degan nilai satu berarti sangat tidak setuju
dan nilai lima berarti sangat setuju dengan pertanayaan yang ada dalam daftar
pertanyaan.
Dalam
penelitian ini, komitmen organisasi dilihat dari beberapa hal berikut ini:
a) usaha keras untuk
menyukseskan organisasi,
b) kebanggaan berkerja
pada organisasi tersebut,
c) kesediaan menerima
tugas demi organisasi,
d) kesamaan nilai individu
dengan nilai organisasi,
e) kebanggan menjadi
bagian dari organisasi,
f)
organisasi merupakan inspirasi untuk melaksanaan tugas,
g) senang atas pilihan
bekerja di organisasi tersebut,
(h) anggapan bahwa
organisasinya adalah organisasi yang terbaik, dan
(i)
perhatian terhadap nasib organisasi
DAFTAR
PUSTAKA
Anthony,
Robert N., dan Vijay Govindarajan. “Management Control System”, 12th edition,
Mc Graw Hill, Newyork, 2007
Bambang
Sarjito dan Osmad.”Pengaruh Partisipasi Penyusuan angaran Terhadap Kinerja
Aparat PEMDA: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai moderating “ , Jurnal JEB Vol.2, No.1 Maret 2008:37-49
Carter dan Milton F.Usry. “Cost Accounting = Akuntansi
Biaya”, edisi 13, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Dwi
Suhartini “Pengaruh Penerapan Total Quality Management Terhadap Kineraja
Manahjerial dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating pada
PT.Pertamina UPMS V Surabaya” Jurnal Ekonomi dan Manajemen vol.8 no.2 pp288-297, 2007
Elek
Meker Dr. .“The Impact of Budget Participation on Managerial Performance; Via
Organization comitmen : A study on the top 500 firms in Turkey”, Journal
Ankara Universitesi SBFergisi pp.117-136, 2007
Ghozali, Imam. “Aplikasi
Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi 4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009
Hansen, Don R., dan Marryanne M. Mowen,.
“Managerial Accounting”, 8thedition, Thomson South-Western, Australia, 2007.
Hiras
Pasaribu. “Pengaruh Komitmen, Persepsi dan
Penerapan pilar dasar TQM terhadap Kinerja Manajerial (Survei BUMN Manufucture
Indonesia)”, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan
vol11no.2,November 2009:65-75),2009
Horngren, Datar, dan George Foster.”Akuntansi Biaya Jilid I”,edisi
kesebelas, Jakarta: Indeks,2008.
Jaqueline
Tangkau.” Analisi Pengaruh Komitmen
Organisasional dan Partisipasi Angaran terhadap Kinerja Manajerial dan Senjangan
Anggaran”,
Jurnal
FORMAS Vol.2
No.4 Juni2009 295-302), 2009
Jha,
Vidhu Shekhar. “Strategic Issues in Business Excellence and Benchmarking for competing
in the 21st Century-An Indian Context”, American Society for Quality (ASQ)
USA Summer 2003, Vol.29, Number 3, 2003
Mardiah,
Aida Ainul dan Listianingsih.. “Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem
Reward, Dan Profit Center Terhadap hubungan antara total quality management
dengan kinerja manajerial”, Jurnal SNA Solo, 15-16 September 2005
M. Nafarin. “Penganggaran Perusahaan”, Salemba
Empat : Jakarta, 2004
Nasution,M.Nur.”Manajemen Mutu Total”,
Bogor : Ghalia Indonesia, 2005
Narsa I Made dan Yuniawati R. D. “Pengaruh Interaksi
Antara Total Quality Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem
Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada PT. Telkom Divre V
Surabaya)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6. No. 1, Mei 2003:18-34.
Prawirosentono,
Suyadi.” Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Total Quality
Management Abad 21”: PT.Bhumi Aksara: Jakarta, 2004
Sekaran, Uma. “Research Methods For Business =
Metodologi Penelitian untuk Bisnis” Salemba Empat: Jakarta, 2006
Sugiono. “Metode Penelitian Bisnis” Bandung :
CV Alfabeta , 2004
Suardana, Kadek,dan I ketut Suryanawa. “Pengaruh Partisipasi
Penyusunan
Anggaran Pada Kinerja Manajerial Dengan
Komitmen Organisasi sebagai variable Moderasi, AUDI
Jurnal Akuntansi dan Bisnis- FE Univ.Udayana, Volume 1
Jan 2010
Therese
A Joire .”Total Quality Management and Performance”
(JQRM vol 24 No.6 pp617-627),2007
Tjiptono
dan Diana.” Total Quality Management”. Andi Press:Yogyakarta,2001
T Sirait, Justine. “Anggaran Sebagai
Alat Bantu Manajemen”, Grasindo : Jakarta , 2006
Yuniarti, Evi dan Fadila Marga.. “
Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara
Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial ( Studi Empiris Pada Kantor Cabang
Perbankan Di Provinsi Lampung)”. Jurnal Ilmiah ESAI
vol.2, Nomor1, Januari 2008
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih jg buat teman2 yang telah sudi berkunjung, smg brmanfaat salam kenal kmbli:)
BalasHapus