“ Pengaruh Implementasi Total Quality
Management (TQM) dan Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur
XYZ di Jakarta)”.
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh: ANANDA SUCITRAWAN
Program Studi Akuntansi
Konsentrasi Akuntansi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta
2012M -1433H
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Total Quality Management
( TQM)
a.
Sejarah dan
Pengertian TQM
Total Quality Management
dalam istilah Bahasa Indonesia disebut manajemen mutu terpadu dan juga disebut
manajemen kualitas terpadu. Hamper lema decade yang lalu istilah TQM
telah tumbuh dan berkembang. Semula ide TQM muncul pertama kali di Amerika
Serikat, tetapi kemudian diorganisasikan dan dilaksanakan dibeberapa perusahaan
Jepang. Dua orang pakar TQM, baik di Jepang maupun di Ameriak Serikat adalah W. Edward dan Josept. M.
Juran.
Peran deming terutama mengajarkan betapa pentingnya pihak manajemen suatu
perusahaan harus bertanggung jawab penuh dalam penerapan sistem kualitas produk secara total dalam
menghasilkan produkyang baik dan tidak cacat. Maka, deminglah yang pertama
mengintroduksi TQM dengan mencegah terjadinya produk cacat (defect product)
TQM merupakan
satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena
dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. . Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22) “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua
bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan
kepuasan pelanggan”.
TQM
merupakan teknik dimana manajemen mengembangkan kebijakan-kebijakan dan
praktik-praktik untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan memenuhi harapan
pelanggan (Blocher et al, 2000 dalam Dwi Suhartini,2007).
TQM merupakan suatu pendekatan dalam meenjalankan usaha yang mencoba
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan ( Tjiptono dan Diana, 2001 )
TQM memiliki tujuan perbaikan kualitas terus menerus, disesuaikan dengan
perubahan yang menyangkut kebutuhan, keinginan dan selera konsumen. yang juga akan meningkatkan laba dan daya
saing perusahaan. Dengan demikian TQM diawali dengan memahami apa yang
diinginkan konsumen terhadap produk tertentu, dan kepuasan konsumen adalh inti
kegiatan TQM. (Singgih Santono, 2007:2)
Yang membedakan TQM dengan pendekatan-pendekatan lain dalam
menjalankan adalah komponen bagaimana
tersebut. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama yaitu fokus pada
pelanggan, obsevasi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja
sama tim, perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan,
kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan. (Goetsh& Davis 1994 dalam Tiptono dan Diana 2001:15-16 ).
b. Manfaat TQM
Menurut (Nasution,2005:42) manfaat TQM
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan
meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan
Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan TQM adalah:
1) TQM
mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan totalitas. Kualitas bila dipandang dari sudut pandang konsumen
diartikan sebagai kesesuaian.
2) Adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus
dengan menerapkanTQM perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan berubah
memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya,
3) Adanya upaya pencegahan artinya sejak dari
perancangan produk, proses produksi
hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk yang baik tanpa ada produk yang
cacat (zero defect) sehingga perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghindari pemborosan
dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan pada akhirnya dapat
meningkatkan profit bagi perusahaan.
c. Karakteristik dan Prinsip Total Quality
Management
TQM merupakan suatu
konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas tingkat dunia.
Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu
organisasi (I Made dan Rani:2003). Menurut Hansler
dan Brunell (dalamTjiptono dan Diana,2001:14) ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
1) Kepuasan Pelanggan
2) Respek terhadap setiap orang
3) Manajemen berdasaarkan fakta
4) Perbaikan berkesinambungan
Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam mengelola
perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan.
Ada
sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam
Nasution (2005:22-24) .
1)
Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal
menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2) Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas
yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif.
Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good
enough is never good enough’.
3) Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan
dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan
dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
4) Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru
dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang
baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna
mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5) Kerjasama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara
tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam
organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam
organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin
dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok,
lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6) Perbaikan Sistem Secara
Berkesinambungan
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan
dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/
lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
7) Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan
yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.
Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang
dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan
global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan
pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam
perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8) Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut
dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul
karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian
yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9) Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan
baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian,
setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan
tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara
pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
10) Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan
dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya
keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif,
karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan
tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya
2.
Partisipasi Penganggaran
a. Pengertian Anggaran
Anggaran ( Budget ) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang untuk jangka waktu tertentu ( M.Nafarin , 2004 :12).
Menurut Justine T.Sirait (2008), Anggaran ( kata benda) adalah hasil yang
diperoleh setelah menyelesaian fungsi perencanaan, sedangkan budgeting adalah suatu proses, yakni
mulai dari tahap persiapan penyusunan rencana, pengumpulan data dan informasi
yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, Implementasi
rencana sampai pada tahap pengendalian, dan evaluasi hasil pelaksanaan rencana.
Terdapat beberapa jenis anggaran yang diungkapkan Anthony dan
Govindarajan (2005:80-81) meliputi:
1) Anggaran Operasi
2) Anggaran Modal
3) Anggaran Neraca
4) Anggaran Laporan Arus Kas
Secara garis besar, penyusunan anggaran dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1) Top down approach (bersifat dari atas ke bawah)
Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran bagi
tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang
telah disusun.
2) Bottom up approach (bersifat dari bawah ke atas)
Anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya diserahkan atasan
untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih
rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran.
3) Kombinasi top
down dan bottom up
Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paking efektif. Pendekatan
ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara bersama sama
menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan.
b. Manfaat-Manfaat
Anggaran
Anggaran merupakan bagian penting dari sistem
pengendalian manajemen. Menurut Horgren et.all (2008:215) jika dikelola secara
baik, sebuah anggaran akan :
1) Mendorong perencanaan
strategis dan pengimplementasian rencana tersebut.
2) Menjadi kerangka kerja untuk
menilai kinerja.
3) Memotivasi para manajer dan
karyawan
4)
Meningkatkan koordinasi dan
komunikasi di antara berbagai subunit dalam perusahaan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:75) fungsi anggaran antara lain
menyelaraskan rencana strategis, membantu pengoordinasian aktivitas dari
beberapa organisasi, pendelegasian tanggung jawab kepada manajer, dan memperoleh
komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi.
c. Kelemahan Anggaran
Meskipun penyusunan anggaran banyak bermanfaat tetapi masih terdapat kelemahan-kelemahan yang membatasi
anggaran. Menurut Hansen dan Mowen (2007:336), kelemahan-kelemahan
anggaran antara lain:
1) Anggaran disusun berdasarkan taksiran-taksiran (forecasting). Betapapun cermatnya
taksiran tersebut dibuat namun amatlah sulit untuk medapatkan taksiran yang
benar-benar akurat dan kemudian sama sekali tidak berbeda dengan kenyataannya
nanti.
2) Taksiran-taksiran dalam anggaran disusun dengan
mempertimbangkan berbagai data, informasi, dan faktor-faktor baik yang contrallable maupun yang uncontrollable. Dengan demikian, jika
nantinya terjadi perubahan-perubahan terhadap data, informasi serta faktor-faktor
tersebut akan merubah pula ketetapan taksiran-taksiran yang telah disusun
tersebut.
3) Berhasil atau tidaknya pelaksanaan (realisasi) anggaran
sangat tergantung pada manusia-manusia pelaksananya. Anggaran yang baik tidak
akan bisa direalisasikan bilamana para pelaksananya tidak mempunyai
keterampilan serta kecakapan yang memadai.
d. Partisipasi Anggaran
Partisipasi
anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu
(manajer) dalam proses penyusunan anggaran yang ada di dalam divisi atau suatu instansi untuk melakukan kegiatan dalam pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran ( Bambang dan Osmad, 2008:45)
Partisipasi penganggaran adalah
keikutsertaan para manajer tingkat bawah untuk ikut serta dalam proses pembuatan
anggaran. Biasanya, tujuan umum dikomunikasikan ke manajer, yang membantu
mengembangkan anggaran yang akan memenuhi tujuan-tujuan tersebut (Hansen
Mowen 2007:335)
Penyusunan anggaran
partisipatif adalah sangat menguntungkan untuk pusat tanggung jawab yang
beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan tidak pasti karena manajer yang
bertanggung jawab atas pusat tanggung jawab semacam itu kemungkinan besar
memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang mempengaruhi pendapatan dan
beban mereka (Anthony
dan Govindarajan (2005: 87)
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 87), partisipasi dalam penyusunan
anggaran memiliki dampak positif karena dua alasan:
1) Kemungkinan ada penerimaan yang
lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali
pribadi manajerdibandingkan bila secara eksternal.
2) Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah
pertukaran informasi yang efektif.
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan
berbagai pihak baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah
(desentralisasi ) yang akan mainkan peranan dalam mempersiapkan dan mengevaluasi berbagai alternatif dari tujuan anggaran,
dimana anggaran senantiasa digunakan sebagai tolak ukur kinerja manajer
3. Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan dlaam pengukuran
efektifitas dan efisiiensi organisasi. Menurut Berbardin dan Russel dan Russel
dalam( Achmad S Ruki, 2001;15) “ Performance
is defined as the record of outcomes produces produced on a specified time
period” (Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
tertentu).
Sedangkan menurut Mahoney dalam (Aida dan
listiningsih:2005) kinerja adalah hasil kerja yang daapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kinerja manajerial adalah
kinerja para individu dalam kegiatan manajerial sehingga kinerja manajerial
adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas organisasional.
Kinerja personel meliputi delapan demensi yaitu:
1) perencanaan, dalam arti
kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran,
merancang prosedur, dan pemrograman.
2) investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan
informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil,
menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan
3) pengkoordinasian, yaitu
kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain di bagian
organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian
lain, dan hubungan dengan manajer lain.
4) evaluasi, yaitu kemampuan
untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan,
penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan,
pemeriksaan produk.
5) pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin
dan mengembangkan
bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan,
memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6) pengaturan staff (staffing), yaitu kemampuan untuk
mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan
memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.
7) negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan
pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi
pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar secara kelompok.
8) perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri
pertemuanpertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato
untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan
kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan
Tujuan utama penilaian kinerja dalah untuk memotivasi personil dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam memahami standard.
4. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan
dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan
organisasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan
kepentingan organisasi diabndingkan dengan kepentingannya sendiri (Wiener dalam
Evi Yuniarti dan Fadilla:2008).
Bagi individu dengan komitmen organisasi yang tinggi,
pencapaian tujuan organisasi merupakan hal yang diprioritaskan. Individu dengan
komitmen organisasi yang kuat dalam dirinya akan berusaha keras untuk mencapai
tujuan organisasi serta berbuat yang terbaik demi kepentingan organisai.
Sebaliknya, individu dengan komitmen organisasi yang rendah akan mempunyai
perhatian yang rendah dalam pencapaian tujuan organisasi dan cenderung
berusahan memenuhi kepentingan pribadinya. (Kadek dan I ketut:2010)
B.
Keterkaitan Antar Variabel dan
Hipotesis Penelitian
1. Hubungan Total Quality
Management dan Kinerja Manajerial
Perusahaan yang menetapkan TQM akan
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan,
sehingga tidak ada pengulangan pekerjaan
atau pengurangan upah dan pengurangan pemborosan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja manajerial. Tujuan
perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah tercapainya
kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya keluhan dari pelanggan
sehingga dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Perusahaan yang berfokus pada perbaikan terus-menerus, melibatkan dan memotivasi karyawan untuk mencapai kualitas output dan fokus pada kepuasan kebutuhan pelanggan lebih mungkin untuk mengungguli perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki fokus ini. Dengan
demikian, kita
dapat berharap bahwa sejauh organisasi menerapkan praktek TQM, kinerja harus meningakat (Therese
Joiner, 2007:618).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
Ha1 : TQM mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial
2. Hubungan Partisipasi Pengangaran dan
Kinerja Manajerial
Anggaran pertisipartif dapat dinilai
sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota
organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan
anggaran diharapkan setiap individu mampu meningkatkan kinerjanya sesuai denga
target yang telah ditetapkan sebelumnya. (Bambang Osmad, 2008:39)
Menurut Brownell (1982) dalam Bambang Osmad (2008,39) pengaruh anggaran
partisipatif pada kinerja manajerial merupakan tema pokok yang menarik dalam
penelitian akuntansi manajemen. Hal ini disebabkan karena partisipasi umumnya
dinilai sebagai suatu pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja
anggota organisasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut ,
rumusan hipotesis penelitian adalah:
Ha2 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara positif
dan signifikan pada kinerja manajerial.
3.
Hubungan Komitmen
Organisasi dan TQM terhadap Kinerja Manajerial
Komitmen
yang tinggi akan nyata dalam kesuksesan penerapan TQM apabila kompetensi yang
sesuai dapat merealisasikannya. Berhasil atau tidaknya penerapan TQM sangat
ditentukan dorongan komitmen pimpinan puncak untuk bersinerji dengan persepsi
manajer divisi. (Hiras Pasaribu:2009:68).
H3 : Komitmen Organisasi
mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara TQM terhadap kinerjamanajerial yang
positif bila komitmen organisasi kuat dan negative bila komitmen organisasi
lemah
4. Hubungan Komitmen Organisasi dan
Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Salah satu fungsi dari partisipasi anggaran adalah sebagai sarana
komunikasi antara bawahan dan atasan , tidak hanya seputar seputar masalah
anggaran, tetapi juga isu masalah lain yang berkaitan. Partisipasi anggaran memungkinkan
bawahan untuk bertukar dan mencari informasi dari atasan mereka, yang tentunya
juga akan mendukung terciptanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses
penentuan anggaran dan urusan keorganisasian lain. (Jaqueline,2009:296).
Kecukupan anggaran tidak secara
langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung
(moderasi) melalui komitmen organisasi. (Bambang Osmad:2008:40)
Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawah berusaha
keras mencapai tujuan organisasi (Angel dan Perry dalam Bambang Osmad:2008:40) dan menjadikan individu lebih mementingkan
organisasi dibanding kepentingan pribadi dan berupaya untuk menjalankan
organisasi menjadi lebih baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut ,
rumusan hipotesis penelitian adalah:
Ha4 : Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh terhadap hubungan
antara Partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial yang positif
bila komitmen organisasi kuat dan negatif bila komitmen organisasi lemah
C. Penelitian- Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini disebutkan beberapa hasil penelitian penelitian
sebelumnya sebagai acuan dalam studi ini. Beberapa penelitian terdahulu yang
menghubungkan TQM dengan kinerja manajerial serta partisipasi anggaran
dengan kinerja manajerial yang menjadi referensi penelitiian ini dapat dirangkum
pada tabel dibawah ini dengan keterangan simbol :
D. Kerangka Pemikiran
Untuk memperoleh keunggulan daya saing dunia dalam bisnis, harus mampu
menyajikan setiap proses yang lebih baik dalam rangka menghasilkan produk
berkualitas dengan harga wajar dan mampu bersaing. Strategi penting guna meningkatkan
daya saing adalah melalui kualitas, dalam hal ini Total Quality Management. Total
Quality management bertujuan untuk menghasilkan produk berkualitas guna
tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya komplain
pelanggan. Hal ini berarti menunjukan kinerja yang semakin meningkat.
Partisipasi anggaran berarti sebagai keikutsertaan manager dan staff
dalam penyusunan anggaran. Semakin tinggi tingkat partisipasi secara umum dapat
tingkatkan kinerja yang akhirnya dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan
baik segi keuntungan ekonomi dan efektifitas organisasi
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variable independen
dalam hal ini adalah TQM (X1), Partisipasi Anggaran (X2) , terhadap variable
dependent yaitu Kinerja Manajerial (Y) dengan variable moderating berupa
Komitmen Organisasi (X3).
SKEMA
KERANGKA PEMIKIRAN :
Pengaruh Implementasi Total
Quality Management dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja
Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur XYZ diJakarta)
|
Metode Analisis :
Model Regresi Linear Sederhana dan Regresi Linear Berganda
(MRA)
|
Variabel Independen
Variabel Dependen
|
TQM (X1)
Therese A Joire (2007)
Dwi Suhartini (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
I Made Narsa dan Rani DY
(2003)
|
KINERJA MANAJERIAL (Y)
Therese A Joire (2007)
Dwi Suhartini (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
I Made Narsa dan Rani DY
(2003)
Jaqueline Tangkau (2009)
Dr. Elek Meker (2007)
Bambang Sarjito&Osmad
(2008)
Yuniarti dan FadilahEvi (2008)
|
KOMITMEN ORGANISASI (X3)
Dr. Elek Meker (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
Jaqueline Tangkau (2009)
Bambang Sarjito&Osmad
Muthaher (2008)
|
PARTISIPASI
ANGGARAN (x2)
Jaqueline Tangkau (2009)
Dr. Elek Meker (2007)
Bambang Sarjito&Osmad
(2008)
Yuniarti dan FadilahEvi (2008)
|
V.MODERATING
|
Fenomena-Fenomena dasar implementasi TQM dan Partisipasi Anggaran ( Era
pasar bebas, AFTA – ACFTA)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar